I tried, I failed

Aku yang terluka. Aku juga yang mengusahakan untuk baik-baik saja. Menekan ego dan mengalah. Mencoba letting go dan melupakan semua rasa sakit yang sudah ku terima. Namun tetap saja hasilnya tidak ada usaha yang sama yang aku terima. Aku tetap terluka lagi. Selalu saja semua upaya datang dariku. Upaya agar semua baik-baik saja. Aku merasa berjuang sendiri.

Tuhan, aku tidak tau sampai kapan harus menjalani ini. Orang bilang ini tentang seni mengalah. Tapi jika sudah terus mengalah dan balasannya kosong sama saja aku merendahkan diri sendiri.

Tuhan, bantu aku keluar dari situasi ini. Berikan yang terbaik untukku dan untuk semua orang yang peduli denganku.

=====

"Utekmu bosok!" 

No Sorry but umpatan yang aku terima ketika aku memintanya melakukan lebih. Dia bilang aku terus memojokkannya untuk hal yang tidak bisa dilakukannya bulan lalu. Dia berdalih sakit sendirian tetapi aku yang tidak mengerti keadaannya. Air mataku banjir tak tertahan. Aku benamkan wajahku ke bantal agar suara isak tangisku tak terdengar oleh ortuku di kamar sebelah.

Dia hening. Entah mendengarkan tangisku atau tidak. Aku mencoba menguasai diriku. Perlahan aku menyusun kalimat. Dengan suara terbata-bata dan air mata yang masih mengalir deras, aku menjelaskan tentang mengapa aku tidak percaya dengan alasan sakitnya. It was all because he treat me with silent, days before the event. For no reason.

"Memangnya kamu bikin salah apa?" tanyanya.

"Aku gak tau."

"Nah kenapa kamu menyimpulkan begitu?"

"Karena kamu mengabaikanku. Semua pesan dan telfonku tidak kamu jawab. Aku juga harus memohon untuk mendapat balasanmu. Hari itu, ketika kamu bilang tidak bisa pulang, aku menangis semalaman. Aku kecewa berat. Aku merasa sakit hanyalah alasan klise."

Dia masih hening.

"Tapi setelah hari itu terlewati aku mencoba menerima dan melupakan kekecewaanku. Get along dengan alasan sakitmu. Sekarang aku cuma minta kamu ijin sehari untuk mengganti gagalnya kepulanganmu bulan lalu. Wajar ga seorang istri menuntut itu?" aku menambahkan.

Namun dia masih diam.

"Otakku mungkin busuk, tapi aku punya alasan." pungkasku dengan air mata yang kembali tak terbendung.

Komentar

Postingan Populer