Tentang Hidup dan Passion

It's the fifth month in 2015. My month will come afterward.
Pertengahan tahun selalu jadi favorit saya. Mengapa? Sederhananya, saat itu hujan tak banyak menghambur. Ya, saya tak begitu menyukai hujan. Hujan sedikit banyak mendeskripsikan tentang kesedihan. Mesti tak sepenuhnya demikian.

Alasan paling diterima, tentu saja pertengahan tahun adalah masa dimana saya menginjak umur yang baru. Padahal saya tak begitu suka bertambah tua, tapi saya suka ketika orang-orang memberi perhatian kepada saya. Wah ternyata saya begitu haus akan perhatian. Hehehe. Gak ding, saya juga terkadang risih ketika orang memperhatikan saya. Well, dua kepribadian amat sih!

Udah?

Bulan Juni itu identik dengan libur panjang...buat anak sekolah tapi. Buat kaum pekerja seperti kita mah lanjut aja mengais nafkah. Dan bulan Juni tahun ini akan kita lalui bersamaan dengan bulan Ramadhan. Alhamdulillah, masih diberi kesempatan bertemu dengan bulan yang suci, insha Allah.

Jadi apa saja yang sudah didapatkan menjelang setengah tahun ini?

 Puji syukur kepada Yang Maha Kuasa, tahun 2015 ini berjalan begitu menakjubkan untuk saya. Banyak hal yang saya tunda tahun-tahun sebelumnya berhasil saya capai meski belum semuanya. Saya yang akhirnya menemukan passion saya dan meraih apa yang beberapa teman seumuran saya sudah mencapainya beberapa tahun lalu. Well, what am I talking about?

Saya yang beberapa tahun terakhir nyaris kehilangan arah tentang hidup (dramatisir dikit) kembali menemukan diri saya. Bahwa saya telah melewatkan banyak waktu untuk hal yang sedikit banyak tanpa hasil. Entah apa saja yang saya lakukan selama ini. Saya tertinggal jauh dari mereka, teman-teman saya. Ketika yang lain sudah mulai memikirkan untuk membangun kehidupan baru, saya justru baru mulai menikmati masa muda saya. I'm growing too slow, eh? Sepertinya demikian.

Ketika mereka sudah mendapatkan lisensi mengemudi mereka sejak beberapa tahun yang lampau, saya baru saja mendapatkannya bulan lalu. Yah, saya baru berani mengendarai motor sekitar 2 bulanan ini. Dulu waktu saya dihabiskan untuk, latihan sebentar-malas-latihan sebentar-malas begitu seterusnya sampai sekitar 7 tahunan. Lama juga yah malasnya? Wkwkwk.

What else? Haaa, saya menemukan bahwa selama ini diri saya terlalu dimanjakan dengan teknologi hingga lupa berinteraksi dengan yang lain meski mainannya Twitter sama Facebook sih. Yaa, terlalu asik berinteraksi dengan orang yang jauh tapi lupa menjaga hubungan dengan orang yang dekat. Mungkin teman-teman yang asik berada jauh disana dan nyaris tak menemukan orang seasik mereka di lingkungan sekitar. Mungkin. Ya, beberapa tahun terakhir saya hanya memiliki gadget sebagai teman baik saya.

Pengalaman menjelajah dunia maya itu membuat saya banyak membaca hal-hal baru, melihat tempat-tempat indah yang tak perlu dijangkau dengan uang banyak. Cukup klik situs tertentu saja maka semesta membawa kita melihat tempat tersebut tanpa harus berlelah-lelah ria. Hingga suatu hari saya membaca quote yang cukup mengubah saya hari ini.

"Saya selalu menyarankan ini, jika kalian masih muda, punya banyak waktu luang, tidak memiliki terlalu banyak keterbatasan, maka berkelilinglah melihat dunia. Bawa satu ransel di pundak, berpindah-pindah dari satu kota ke kota lain, dari satu desa ke desa lain, dari satu lembah ke lembah lain, pantai, gunung, hutan, padang rumput, dan sebagainya. Menyatu dengan kebiasaan setempat, naik turun angkutan umum, menumpang menginap di rumah-rumah, selasar masjid, penginapan murah meriah, nongkrong di pasar, ngobrol dengan banyak orang, menikmati setiap detik proses tersebut.

Maka, semoga, pemahaman yang lebih bernilai dibanding pendidikan formal akan datang. Dunia ini bukan sekadar duduk di depan laptop atau HP, lantas terkoneksi dengan jaringan sosial yang sebenarnya semu. Bertemu dengan banyak orang, kebiasaan, akan membuka simpul pengertian yang lebih besar. Karena sejatinya, kebahagiaan, pemahaman, prinsip-prinsip hidup itu ada di dalam hati. Kita lah yang tahu persis apakah kita nyaman, tenteram dengan semua itu. Nah, kalau kalian punya keterbatasan, lakukanlah dalam skala kecil, jarak lebih dekat, dengan pertimbangan keamanan lebih prioritas. Itu sama saja. Lihatlah dunia, pergilah berpetualang, perintah itu ada dalam setiap ajaran luhur."

-Darwis Tere Liye-
 Dulu sekali waktu usia pra sekolah sampai awal-awal sekolah, orang tua saya sering sekali mengajak saya dan adik bepergian entah itu ke rumah Eyang, ke supermarket, atau berekreasi bersama teman bapak. Saya pun belajar membaca dari situ. Setiap saya diajak pergi, saya membaca nama-nama toko dari balik kaca bus. Di sekolah saya tak lagi kesulitan mengeja huruf. Hingga kebiasaan bepergian itu berangsur hilang lantaran semakin dewasanya saya dan adik dan adanya kebutuhan lain yang lebih penting ketimbang 'hanya' plesir.

Ya, bagi sebagian orang plesir adalah kegiatan membuang-buang uang. Setelahnya kita dapat apa? Lelah dan kantong menipis? Itu memang benar, tapi tanpa disadari kita juga baru saja membeli pengalaman dan juga foto yang bisa dipamerkan di media sosial. Setidaknya dengan bepergian kita jadi tahu jalan. :D

Well, udah kemana aja emang? Belum banyak tapi setidaknya setengah tahun ini ada beberapa tempat baru yang saya kunjungi. Surakarta, Bogor, Kota Tua, dan Dieng. So, what's next?

MENDAKI GUNUNG BUAT LIAT SUNRISE BELUM KESAMPAIAN!!!!! :(((((((((((((((((((

Komentar

Postingan Populer